Kamis, 10 November 2011

Warga Negara dan Negara

Negara adalah suatu wilayah dimana didalamnya terdapat masyarakat atau warga. Di dalam negara tidak etik jika tidak ada warga atau masyarakatnya. Tentu itu bukan yg di sebut sebagai negara. Karena negara harus mempunyai masyarakat dan warga negaranya. Tidak hanya warga negaranya saja, negara harus punya atau wajib punya pemerintah atau pemegang kekuasaan tertinggi untuk memimpin negara agar bisa bersaing dan diakui negara lain.
Dalam hal pemerintah atau anggota-anggota legislatif yg biasa di sebut sebagai pengurus negara, tidak bisa menjadi pengurus jika tidak ada pemilihan atau persetujuan dari pihak-pihak warga negara yang ada didalamnya. Warga negara berhak atas keputusan dan pemilihan pengurus negara mereka agar negara ini tidak jatuh dan tertindas negara lain.
Pemilihan pengurus negara bisa dilakukan dengan cara melakukan vooting atau pemilihan dengan suara terbanyak terhadap calon pengurus. Pemilihan seperti presiden dan wapres biasanya diadakan 5 tahun sekali, pemilu biasanya berjalan agak rumit karena pemilu zaman sekarang bukan pemilu sebagai yg jujur dan adil. Mereka para pengurus menggunakan pemilu untuk ajang atau lahan untuk berbisnis. Jadi dalam pemilihannya ditujukan untuk berbisnis bukan untuk memajukan negara.
Dengan seenaknya para pengurus , orang-orang berdasi yg biasa duduk di tempat mewah lupa akan negara yang semakin lama semakin tertinggal dan tertindas. Mereka harusnya malu akan kursi dan jabatan yang merekla tempati, buat apa warga negara memilih mereka sebagai utusan negara. Bukan sebagai ajang bisnis semata. Memanf berbisnis membuat kita menjadi kaya jika berhasil, tapi tujuan pemilu disini bukan bertujuan untuk berbisnis , melainkan untuk membenahi susunan tata negara agar negara ini dapat terus maju dan melindungi aset-aset negara dari para pendahulunya.
Sebelum zaman berubah menjadi zaman edan atau era globalisasi. Negara ini adalah negara panutan,  negara yang selalu damai dan tentram tanpa pengusikan negara lain. Warga pun senang bahagia, karan zaman dahulu negara ini tidak punya atau tidak ada yang namanaya penganguran dan penduduknya pun teratur dan seimbang dengan lahan pekerjaan. Serta memboikot setiap barang dari luar negeri untuk tidak didatangkan, itu untuk memajukan kualiatas dan kreatifitas warga negara ini.
Sekarang di zaman yang modern ini, justru kita yang tertinggal. Para orang-orang berdasi menginjak-injak dan tidak peduli akan para penganggur , mereka hanya mementingkan uang dan uang. Tidak lebih untuk memajukan kualitas dan kuantitas negara. Dimana rasa peduli orang-orang berdasi yang sombong, semua harta mereka korup, dan mereka membuat diri mereka sebagai yang terkaya. Padahal didalam negara kita harus bisa berbagi dan selalu membantu sesama saudara kita, ibarat kata dengan 1 keluarga. Bukan untuk menjadi yang terkaya. Buat apa negara ini di buat kalau orang-orang berdasi tidak peduli akan masyarakat banyak, dan apa yang harus kita pertanggung jawabkan menyandang pengurus negara. Pengurus negara tidak lebih dari sekedar iblis mereka lebih dari iblis.
Jadi, negara yang semestinya adalah bisa memakmurkan warga negara dan negaranya agar bisa dipandang negara-negara lain. Dan harusnya kita bisa mempertahankan negara kita seperti zamannya pak Soekarno dan Soeharto. Dan tidak seperti negara saat ini yg pemimpinnya memakan uang masyarakatnya sendiri. Kalau mau kaya ambil uang negara lain, kalahkan pebisnis-pebisnis negara lain tetapi bukan pebisnis masyarakat kita. Dan saat kita akan maju nanti Soekarno dan Soeharto pun tersenyum melihat negara ini yang bisa bangkit dari keterpurukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar